Titrasi
pegedapan terbatas pada reaksi-reaksi antara ion Ag+ dan anion-anion
X- yaitu : halide, tiosianat dan sianida. Cara-cara ini dimana AgNO3
dipergunakan sebagai larutan standar dinamakan argentometri.
Ag+ + X- AgX(p)
Suatu reaksi pengendapan berlagsung berkesudahan bila endapan yang terbentuk
mempuyai kelarutan yang cukup kecil. Didekat titik ekivalennya aka terjadi
perubahan besar dari konsentrasi ion-ion yang dititrasi. Untuk menentukan
berakhirya suatu reaksi pengendapan dipergunakan suatu indicator yang baru
menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan degan berhasil baik untuk
titrasi pegendapan ini. Cara mohr menggunaka ion kromat untuk mengendapkan Fe3+
untuk membentuk kompleks berwarna dengan ion tiosianat dan cara fajans
menggunakan indikator adsorbsi.
Maka Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan
atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam
suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4
sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral
atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat
larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan
perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam : 2CrO42- + 2H- ↔ CrO + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH 2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat atau kalsium karbonat.
Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau asam borat sebelum
dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil kali kelarutan
iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan cara ini.
Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang kromat,
maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan titrasi
menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang mula-mula
terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau bromida dalam
suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer perak nitrat
menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida telah habis
diendapkan oleh ion perakion kromat akan bereaksi membentuk endapan perak
kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir titrasi.
2. Metode volhard
Metode ini didasarkan atas pembentukan merah tiosianat dalam suasana asam
nitrat , dengan ion besi(III) sebagai indikator untuk mengetahui adanya ion
tiosianat berlebih .metode ini dapat di pakai untuk penetapan langsung ion
perak dalam larutan ,dengan larutan tiosianat .di samping itu juga dapat
dipakai untuk penetapa kadar ion klorida secara tidak langsung dalam suasana
agak kuat .
Dalam hal ini kepada larutan klorida ditambahkan larutan baku perak nitrat
dalam jumlah yang sedikit berlebihan .kelebihan ion perak dititrasi terhadap
larutan baku tiosianat dengan memakai ion besi (III) sebagai oksidator .ion-ion
asing yang dapat meggangu ialah ion merkuri, Co (II),Ni(II), dan Cu (II) dalam
konsentrasi yang cukup besar.
Metode ini digunakan dalam penentuan ion Cl+, Br -, dan
I- dengan penambahan larutan standar AgNO3. Indikator yang dipakai
adalah Fe3+ dengan titran NH4CNS, untuk menentralkan
kadar garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambah larutan standar
berlebih. Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KCNS,
sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe3+ dimana kelebihan
larutan KCNS akan diikat oleh ion Fe3+ membentuk warna merah darah
dari FeSCN.
3. Motode Fajans (Indikator Absorbsi)
Titrasi argenometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr,
hanya terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang
digunakan dalam cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau
fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+.
Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi
adalah zat yang dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya
warna. Pengendapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara
lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Sebelum titik
ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer dan setelah
tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl-
akan digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada
pada lapisan sekunder. (Khopkhar, SM.1990)
Pembentukan Endapan Berwarna
Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai suatu indicator untuk titrasi
asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan
lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi
Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana digunakan ion kromat sebagai
indikator. Pemunculan yang permanen dan dini dari endapan perak kromat yang
kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0.
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4-
hanya terionisasi sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam
kesetimbangan dengan dikromat terjadi reaksi :
2H+ + 2CrO4- ↔ 2HCrO4 ↔ Cr2O
- + 2H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan perlunya menambah ion perak
dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion kromat dan karenanya menimbulkan
galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat cukup dapat larut.